Janji-janji telah tertulis hitam di atas putih dalam benakku beberapa waktu lalu
tapi rasa gelisah dan resah bercampur takut telah menggangguku sejak aku lihat matanya.
Apa sih yang membuatku harus seperti itu..hingga aku terulang lagi, ketika aku merasa menjadi anak TK yang mengejar balon yang sudah terputus talinya hingga perlahan terbang.
hingga teriak memanggil kakakku yang perempuan yang sedang sibuk dengan menyapu halaman. Kakakku bilang: “balonmu sudah terbang ke awan sana”.
Aku hanya tertawa, oh sudah tamatkah pencarian ini hingga tak ada tangga mencapai awan itu. akhirnya kutarik garis finish…dengan cat warna putih
Setelah aku mengenalnya seperti aku melihat balon itu sedang melayang bersama tali putus yang terikat batu yang rapuh..
Hingga wajahnya membuat aku tersentak pucat..melihat silhouette yang pernah terukir di hati
Tanpa sebab aku beranikan diri menatap matanya sebentar dan membuatku crazy selama dua hari
Padahal baru saja aku menikmati indahnya dua raga yang berbeda..dan aku tak memungkiri semuanya terlalu baik bagiku hingga aku tidak menemukan kata-kata cinta yang tepat pada mereka.
Apakah aku sudah rakus…seperti tikus dengan mencari roti di dapur orang…
“Sudahlah tak baik buat kesehatan “ kata hati kananku…
“sudahlah tangkap saja balon itu sebelum yang lain memintanya” kata hati kiriku..
Sementara aku tertidur dengan mata terbelalak..melihat anak-anak merindukan sang bapak yang sudah terpacu dengan dunia palsu dengan harapan mendapatkan satu tas uang.
Apa aku harus nekad menembus batas etika sosok bapak teladan bagi anak-anaknya
Tinggal aku menjawab dengan kata "tidak" semuanya akan beres..
Cuma rasa gelisah yang belum juga usai…
apakah hanya dendam yang tak pernah padam
atau hanya ungkapan pendekar bodoh yang hanya memilki satu jurus menaklukan musuh.
Dan semoga demam itu cepat usai…biar aku dapat sadar dan mematri janji untuk tak akan berlari lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar